Jumat, 25 Maret 2011

Ketika Doa’-Doa’ Jadi Kenyataan


Akhir tahun 1998 untuk pertama kalinya saya berangkat ke Jakarta. Sebelumnya tak pernah terfikir, orang kampong, anak yatim sejak kecil pula seperti saya ini bisa melihat ibu kota Negara.
Awalnya adalah rasa penasaran saya dengan usaha dakwah Jamaah Tabligh yang saya ikuti sejak enam bulan sebelumnya. Sebenarnya saya punya kesan baik dengan komunitas dakwah yang mengajak orang taat pada Allah SWT dengan penuh hikmah dan kelembutan tanpa mengharapkan imbalan. Namun karena banyaknya suara miring terhadap jamaah ini, saya memutuskan untuk mencari informasi langsung ke markas tabligh Indonesia di Kebun Jeruk Jakarta. Kebetulan waktu itu sedang berlangsung musyawarah Indonesia.
Dari Palembang kamu berangkat satu rombongan secara estafet. Dari Palembang naik kereta api ke Lampung, kemudian dari lampung naik bus ke Bakau, nyambung lagi naik kapal ke merak, nyambung lagi naik bus ke Jakarta. Salah satu teman seperjalanan adalah Pak Ihsan, dosen jurusan Kimia di Politeknik Sriwijaya Palembang. Beliau kenal usaha dakwah Rasulullah ini di Inggris ketika mendapat tugas belajar di sana.
Dari bayan-bayan yang disampaikan oleh ulama dan orang-orang lama dalam usaha dakwah ini ada dua kesimpulan besar yang membuat saya yakin dengan usaha dakwah ini. Dua hal inilah yang menjadi maksud dari usaha dakwah ini. Sama sekali tidak ada maksud-maksud lain seperti yang ditudingkan sebagian kecil orang.
1.       Sebagai Hamba Allah kita punya kewajiban untuk taat perintah ALLAH SWT dengan cara Rasulullah SAW 100%
2.       Sebagai Umat Rasulullah kita punya tugas untuk mengajak orang lain untuk taat perintah ALLAH SWT dengan cara Rasulullah SAW, juga  100%
Saya pulang dengan perasaan lega, karena usaha dakwah yang diam-diam mulai saya sukai, bukan usaha baru atau aliran sesat yang ditudingkan orang. Ini adalah kerja yang dulu sudah dibuat Rasulullah dan para sahabat, bahkan seluruh nabi dan rasul melakukan usaha dakwah ini.
Namun di perjalan pulang, sambil memandang laut yang luas, saya merenung karena belum habis fikir, kok saya bisa berangkat ke Jakarta. Waktu itu saya masih mahasiswa Polikteknik Unsri semester 3, jauh dari orang tua dan tidak ada budget untuk jalan-jalan ke Jakarta dalam biaya yang dikirim oleh ibu saya.
Saat termenung sendirian, tiba-tiba Pak Ihsan datang menghampiri saya.
“Mikir apo San,” katanya dengan logat Palembang.
Dengan lugunya saya menjawab; “Kok aku biso ke Jakarta yo Pak?”
Sambil mengusap pundak saya Pak Ihsan berkata;”San, kalau kamu sungguh-sungguh dalam usaha dakwah ini, Insya-Allah, kamu nanti akan keliling dunia,”
“O gitu ya pak,” kata saya. Namun dalam hati saya berharap, Allah benar-benar memberangkatkan saya ke seluruh dunia untuk berdakwah. Melihat Jakarta saja sudah terbengong-bengong, bagaimana pula rasanya kalau saya nanti bisa melihat Negara lain.
Eh..setahun kemudian saya benar-benar berangkat ke Negara lain. Tidak jauh-jauh amatlah. Cuma Malaysia dan Thailand. Tapi bagi saya yang waktu itu masih kuliah dengan kiriman dari ibu yang pas-pasan, bisa ke berangkat ke Malaysia dan Thailand merupakan pengalaman yang luar biasa. Uang dari mana?
Sejak itu saya bertambah yakin dengan apa yang dikatakan Pak Ihsan: kalau saya sungguh-sungguh dalam usaha dakwah, Allah SWT akan berangkatkan saya ke seluruh dunia.
Alhamdulillah sampai saat ini, Allah sudah kirim saya ke lima pulau besar di Indonesia, termasuk Nusatenggara. Bukan untuk holiday, tapi untuk urusan agama. Awal tahun 2007, pertamakalinya saya berangkat ke India dan Bangladesh. Akhir Oktober 2007, saya berangkat lagi ke Pakistan menghadiri Istima Raiwind. Tiga bulan kemudian, saya berangkat lagi ke Istima Tonggi di Bangladesh. Dan saya berdoa kepada Allah SWT agar saya bisa menghadiri kedua Istima tersebut setiap tahun. Alhamdulillah, Allah kabulkan doa’ saya. Dan bersyukur lagi, Allah SWT berangkatkan saya dan istri ke India dan Bangladesh selama dua bulan dan 15 hari ke Malaysia dalam program masturoh.
Kalau dipikir-pikir rasanya benar-benar ajib bisa bolak-balik ke luar negri, bahkan dalam satu tahun bisa tiga kali. Padahal secara zohir, saya tidak punya pekerjaan tetap. Pekerjaan Cuma dakwah ilallah, dan itu tidak mendapat bayaran, bahkan untuk urusan dakwah ini saya harus korban harta, waktu dan diri sendiri. Tapi Allahu Akbar.
Ada tiga doa’ Maulana Ilyas Rah.a yang sering disampaikan Ust. Luthfi Yusuf dalam bayan-bayannya.
1.       Ya…ALLAH, jangan Kau uji dai’-dai’Mu seperti Engkau uji para sahabat R.hum
2.       Ya…ALLAH, berangkatkan dai’-dai’Mu yang sungguh-sungguh niatnya ke seluruh alam untuk buat dakwah, walau pun mereka miskin
3.       Ya…ALLAH, campakanlah dari usaha dakwah ini dai’-dai’Mu yang mencari keuntungan dunia.
Menurut Ust. Luthfi Yusuf, ketiga doa’ Maulana Ilyas Rah.a ini sudah dikabulkan Allah SWT. Saya sendiri merasakan kesan-kesannya. Bukti, saya orang kampong, yatim sejak kecil, tidak punya pekerjaan tetap, Alhamdulillah punya lima anak, bisa berangkat ke mana-mana. Dan saya berdoa’ kepada Allah SWT agar istima’ Juni 2011 ini saya diberangkatkan ke Negeri Jauh dan jangan matikan saya, istri saya, anak-anak saya sebelum Allah berangkatkan ke Tanah Suci. Doa’kan ya…